Page

13 Oktober 2013

Lima Tipe Atasan yang Layak diBenci Anak Buahnya

Memang benar, sebagai atasan kita tidak bisa menyenangkan semua anak buah. Masalahnya, apakah kita tidak disukai mayoritas anak buah, atau malah sebaliknya? Mengapa ada atasan yang tidak disukai oleh para anak buah? Apa penyebabnya? Berikut ini adalah lima tipe atasan yang layak dibenci anak buahnya.

1. Karyawan butuh dihormati.
Keluhan paling utama para karyawan adalah karena atasan tidak menghormati mereka, dalam hal :
  • Waktu privasi (misalnya sering telpon diwaktu tengah malam hari atau saat merayakan ulang tahun anak).
  • Waktu kerja (sebentar-bentar selalu dipanggil oleh atasan, sehingga ia tidak punya waktu konsentrasi kerja).
  • Ketrampilan anak buah, selalu memandang rendah skill dan pengalaman anak buah. Jarang menanyakan pendapat atau sudut pandang bawahan.
2. Apakah atasan tipe watched dog manager atau under manager?
Kedua tipe diatas, sama-sama tidak dihormati oleh anak buah mereka.
  • Watched dog manager tidak pernah percaya pada anak buah, selalu mengawasi setiap gerakan anak buah, tidak pernah bertanya pendapat bawahan dan anak buah jalankan tugasnya seperti mesin. 
  • Tipe under manager mengelola anak buahnya dengan banyak beri kebebasan dalam arti tanpa bimbingan, tanpa informasi yang cukup, tanpa komunikasi dua arah, susah bertemu dengan atasan, jarang diberikan dukungan moral, jadi sepertinya serba kekurangan dukungan dari atasan. Atasan tipe seperti ini mungkin tidak galak atau pemarah, tetapi ia tipe atasan yang tidak terlihat (invicible leader).
Kedua tipe atasan ini menebar aura yang tidak dihormati oleh para bawahannya.

3. Gaji kecil dan atasan otoriter.
"Sudah gaji ngak cukup, atasan saya orangnya otoriter lagi." Banyak karyawan yang merasa gajinya kecil dan tidak cukup. Ditambah dengan beban kerja yang berat plus atasan yang tipe otoriter, maka karyawan semakin malas mendukung atasan langsungnya dalam menuntaskan tugas.

Seorang karyawan pernah berkata,"Sebenarnya saya punya kemampuan kerjakan tugas dalam 3 jam, tapi buat apa saya kerjakan cepat-cepat, saya sengaja kerjakan 2 hari. Buat apa saya mendukung atasan saya, dia orangnya otoriter, tidak mau tahu kesulitan saya dan lagipula gaji saya juga kecil."

Sebetulnya apabila hubungan atasan langsung dengan anak buahnya baik, keduanya saling menghormati, anak buah respek pada atasan langsung, maka keluhan gaji kecil, bisa diminimalisir.

4. Killing field meeting.
Pada umumnya para karyawan tidak suka dengan pemimpin yang sering membunuh produktivitas mereka melalui media yang bernama meeting.

Ciri-ciri rapat yang membantai produktivitas dan semangat kerja karyawan adalah :
  • Sering lakukan rapat yang mendadak, sehingga bawahan tidak sempat mengatur jadwal kerja dengan efektif.
  • Lakukan rapat tanpa notulen, sehingga membahas ulang masalah yang pernah dibahas (dan buang waktu bawahan, akibatnya ia harus kerja lembur, karena jam kerja normalnya tersita dalam rapat tidak efektif).
  • Agenda rapat yang tidak jelas dan kemana-mana.
  • Rapat yang membahas masalah 1 orang tertentu, sedangkan yang lain dipaksa untuk mendengarkan (walaupun tidak relevan dengan tugas mereka).
  • Rapat yang tidak ada time limit dan time keeper.
  • Ditembak dan dipermalukan oleh atasan didalam rapat.
5. Atasan tipe lempar batu sembunyi tangan.
  • Karyawan : "Pak tugas seperti ini cara kerjakannya bagaimana?"
  • Atasan : "Terserah kamu, kamu yang pikirkan?"
  • Karyawan : "Tapi saya tidak punya pengalaman Pak dalam hal ini. Menurut Bapak, lebih baik cara A atau cara B?"
  • Atasan : "Terserah kamu, saya sedang melatih inisiatif kamu (padahal sesungguhnya ia juga tidak tahu cara kerjakannya).
Tetapi saat bawahan melakukan cara yang telah ia diskusikan, dan ternyata salah, si atasan jadi marah-marah dan menyalahkan anak buah. Atasan model seperti ini sudah jelas telah kehilangan respek dari bawahan.


Dari lima penyakit best seller diatas, dapat disimpulkan bahwa penyebab utama atasan yang tidak disukai oleh bawahan adalah :
  • Ketrampilan leadership - management - communication si atasan yang tidak efektif.
  • Karakter atasan yang memang tidak kondusif.
Alasan pertama lebih mudah diperbaiki, kalau si atasan selalu mau belajar dan memperbaiki diri. Yang agak sulit adalah alasan kedua. Kalau sudah menjadi watak atau karakter, akan makan waktu cukup lama untuk memperbaikinya. Tetapi lebih baik terlambat untuk memperbaiki, dari pada tidak sama sekali, bukan?

Dan yang terpenting dari semuanya ini, anda ingin dikenang sebagai pemimpin teladan dan memberkati anak buah anda, atau ingin dikenang sebagai atasan yang menyebalkan. Putuskan sekarang juga!

1 komentar: